Minggu, 02 Desember 2012

Berpikir dengan Gambar

Salah satu hal yang paling penting bahwa seniman visual pemula perlu belajar agar melampaui isi literal gambar. Makna dari suatu gambar bukan hanya masalah orang-orang atau tempat yang muncul di dalamnya, atau tindakan yang menggambarkan. Bagaimana orang-orang atau tempat atau tindakan yang digambarkan dalam gambar close up atau panjang, dalam komposisi seimbang atau asimetris, pada kunci tinggi atau rendah pencahayaan, dan seterusnya adalah bahan penting dari terciptanya makna visual. Untuk belajar berpikir melalui gambar adalah belajar bagaimana cara menggunakan bahan tersebut efektif sebagai bahan dari keseluruhan pesan seseorang. Di antara pembuat film atau video yang belum berpengalaman ada kecenderungan yang sangat kuat untuk menyusun setiap gambar seolah-olah itu snapshot : Jika ada satu orang dalam gambar, ia dibingkai pusat mati jika ada dua orang, mereka dibingkai secara simetris dan pada jarak yang sama dari penampil. Bisa dikatakan bahwa jenis dari komposisi ini didasarkan dengan cara dimana masyarakat cenderung untuk menyesuaikan diri terhadap satu sama lain. Namun, sekilas hampir setiap film atau acara TV yang diproduksi secara professional akan mendemonstrasikan atau memperlihatkan, ini bukanlah cara sebagian besar gambar yang dibingkai oleh direksi professional.

Sebagaimana sebuah ilustrasi tentang perbedaan ini, mempertimbangkan sebuah adegan singkat dari fitur film panjang (Grad School B-Movie) yang diproduksi oleh para mahasiswa di Laboratorium Komunikasi Visual di Universitas Pennsylvania. Dalam adegan ini, Natasha adalah salah satu protagonis dalam film ini, yang berbicara dengan officemate nya, Elsa. Pada saat adegan berlangsung, Natasha bahwa ia bisa saja membuat kesalahan yang memiliki konsekuensi yang sangat serius baginya. Ketika adegan ini sedang dilatih, dua perempuan ini ditempatkan pada jarak kamera yang sama, dan Natasha yang sedang bekerja pada komputernya di awal adegan, akan di filmkan yang menghadap jauh dari pemirsa (gambar 29.1). Namun, dalam versi yang sebenarnya yang muncul di film, akan diubah secara radikal. Natasha yang kini ditampilkan bekerja pada laptop, jauh lebih dekat kea rah penonton, dan menghadap ketimbang ke arah belakang (gambar 29.2). Jadi meskipun dialognya sama persis, komposisi visual yang baru  bisa menghasilkan perubahan yang cukup besar dalam penekanan : kenyataanya bahwa citra Natasha sekarang adalah jauh lebih besar penyototan statusnya sebagai karakter pokok dan memfokuskan perhatian pemirsa pada reaksinya. 

(gambar29.1)

(gambar 29.2)

Ini merupakan 2 gambar dengan ukuran dan orientasi yang digunakan, bersamaan dengan warna, untuk menunjukan bahwa si diakhir adegan si Natasha dalam keadaan buruk. Ketika Natasha menyadari akan kesalahannya, Elsa bergerak maju dan duduk di tepi mejanya, yang menghadap jauh dari pemirsa dan menghalangi sebagian gambar dengan tubuhnya (gambar 29.3). Wajah Natasha hanya terlihat sebagian kecil dari frame, antara laptop hitam dan sosok pakaian hitam Elsa yang menggambarkan bahwa Natasha mungkin telah masuk ke dalam perangkap.

(gambar 29.3)



Sumber :
Handbook of Visual Communication. Theory, Methods, And Media. Edited by Ken Smith (University of Wyoming), Sandra Moriarty (University of Colorado), Gretchen Barbatsis (Michigan State University) and Keith Kenney (University of South Carolina). Chapter 29, page 483 - 485.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar jika artikel ini bermanfaat dan maaf komentar yang macam - macam saya hapus